Cara Sukses Menghidupkan Amal Maqomi
Banyak pernyataan yang mengatakan bahwa membuat amal maqomi itu sulit, Benarkah..?!
Sehingga kita saksikan banyak muhalla-muhalla di negeri ini yang tidak bisa menghidupkan amal maqomi secara penuh (full), dan mungkin itu juga terjadi di muhalla antum. Yang sering terjadi adalah mereka hanya bisa laksanakan 1 atau 2 amal saja. Seolah begitu sulitnya melaksanakan amal maqomi tersebut, dan serasa ini merupakan beban bagi kita.
Pada saat orang-orang mendengar cerita ane bahwa ternyata ane bisa menghidupkan 3 muhalla sekaligus dengan amal maqomi, dan alhamdulillah 2 muhalla bisa hidup amal maqomi secara penuh (full) hingga bisa mengeluarkan jamaah khuruj 3 hari sendiri dari muhalla, maka banyak yang bertanya-tanya : “..bagaimana caranya..?”
Tidak perlu diterangkan secara rinci mengapa sih koq ane hidupkan lebih dari satu muhalla, karena tidak begitu penting untuk dibahas. Yang mau nebak, silahkan tebak sendiri yah.. he he..
Tetapi yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana cara untuk menghidupkannya.. betul..?
Ane sering mendengar saat adanya mudzakaroh-mudzakaroh masyaikh tentang cara menghidupkan amal maqomi atau juga pada saat bayan wabsy (kepulangan dari khuruj), tentang kehebatan amal 2,5 jam (khususi silaturrahim harian), kemudian ane coba terapkan dalam menghidupkan amal maqomi.
Dan ternyata sebenarnya jurus-jurus itu sangat jitu jika kita bisa mengetahui cara penggunaannya denganbenar. Salah satunya juga adalah kita juga perlu memahami adab-adab khususi semisal jam untuk khususi, kepada siapa kita khususi, apa yang akan dibicarakan saat khususi dan sebagainya.
Yang sering ane dengar dan kita semua sering dengar adalah, jadikan 2,5 jam (khususi silaturrahim harian) sebagai ujung tombak maqomi kita.
Jika amal 2,5 jam hidup, maka saat akan menghidupkan musyawarah harian tidak akan ada masalah, karena jamaah masjid dan masyarakat sekitar sudah mengerti maksud dan tujuan musyawarah harian karena pernah dikhususi semua dan kita sampaikan pentingnya musyawarah harian tersebut. Sehingga saat kita ajak musyawarah atau jamaah masjid mengetahui kita sedang bermusyawarah mereka tidak merasa aneh bahkan sebaliknya mereka akan mendukung. Itu dikarenakan mereka sudah tahu maksud dan tujuan musyawarah.
Jika saja 2,5 jam tidak hidup, maka yang terjadi adalah sikap saling curiga di antara jamaah, karena tidak tahu untuk apa kita selalu berkumpul dan berkerumun di dalam masjid. Seakan-akan kita hendak membuat makar yang bisa meresahkan masyarakat dan atau jamaah masjid khususnya. Betul..?
Jika amal 2,5 jam hidup, maka saat kita hendak menghidupkan ta’lim harian di masjid gak akan ada masalah juga. Itu dikarenakan jamaah masjid dan masyarakat sekitar sudah tidak akan mencurigai kita, karena mereka sudah tahu apa maksud dan tujuan ta’lim di masjid tersebut. Hal itu terjadi karenasebelumnya kita sudah pernah atau sering bercerita kepada mereka tentang maksud dan tujuan ta’lim masjid tersebut.
Jika 2,5 jam tidak hidup, maka saat kita akan menghidupkan ta’lim harian di masjid akan dicurigai hendak menyebarkan ajaran-ajaran agama baru, yang disebabkan karena ketidaktahuan mereka. Yang salah bukan mereka yang mencurigai kita, tetapi yang salah itu sebenarnya adalah diri kita sendiri yang tidak menghidupkan silaturrahim datang ke rumah mereka untuk memberi kabar tentang pentingnya ta’lim harian di masjid sebagai pemicu semangat untuk beramal tiap hari bagi jamaah sekalian.
Jika 2,5 jam hidup, maka saat kita akan jaulah tidak perlu repot-repot lagi, karena mereka sudah tahu maksud kedatangan kita. Pada saat kita datang, mereka langsung menerima kita dengan baik tanpa curiga macam-macam karena memang sudah tahu maksud dan tujuan jaulah yang mengingatkan mereka lagi untuk datang ke masjid. Biasanya langsung keluar dari lisan mereka kata : siap-siap, ok, yes, baik dan sebagainya. Jika ada bayan pun mereka sudah tahu, karena mereka sebenarnya juga sudah diberitahu skenario sebelumnya oleh kita melalui khususi yang kita lakukan.
Jika 2,5 jam tidak hidup, maka saat kita datang mengetuk pintu-pintu rumah masyarakat maka masyarakat akan bingung dan bisa jadi tidak suka karena kita dianggap akan menyebarkan ajaran-ajaran sesat di kampung mereka dengan mendatangi rumah-rumah penduduk.
Jika 2,5 jam hidup maka saat akan membentuk jamaah 3 hari tidak terkesan mendadak banget, karena jauh-jauh hari jamaah sudah diberitahu bahwa akan dikeluarkan jamaah. Sehingga yang waktunya khuruj tidak merasa begitu keberatan karena sudah menyiapkan diri sejak jauh-jauh hari.
Jika 2,5 jam tidak hidup maka terasa akan sulit mengeluarkan jamaah 3 hari karena serasa begitu mendadak jamaah terbentuk. Padahal mungkin di antara jamaah sudah belum siap-siap, jika ada kendala tidak punya waktu untuk menyelesaikannya. Sehingga semua terasa dipaksakan, jamaah 3 hari pun sulit untuk dibentuk.
Alhamdulillah, dengan andalan senjata 2,5 jam yang dijalankan istiqomah serta dilakukan dengan adab-adab khususi yang benar dan bukan main asal khususi atau yang penting khususi soal adab itu belakangan, kemudian dilakukan dengan penuh kerisauan serta diiringi doa, maka amal maqomi in syaa Allah akan mudah untuk dilaksanakan.
Masakan kita akan mudah menyerah, kemudian kita sembunyi di balik kalimat : “hidayah milik Allah..” Kemudian kita berdakwah asal-asalan juga sekenanya dan seadanya serta tetap santai-santai saja, tanpa mau belajar lebih kuat lagi serta mau mendengar mudzakarah orang-orang yang sudah pernah sukses menghidupkan amal maqomi tersebut..?
Memang benar hidayah milik Allah, tetapi sikap dakwah sekenanya seadanya dan tidak sungguh-sungguh itu yang harus dibenahi. Banyak koq orang yang sukses bisa buat amal maqomi full, mengapa kita tidak..?
Bukan berapa banyak orang yang jadi sadar akibat dakwah kita merupakan bukti kesuksesan kita, tetapi apakah memang kita sudah melaksanakan proses amal maqomi tersebut secara baik dan benar..? itu saja..
Let’s do it.. jadikan2,5 jam senjata andalan untuk membuka sebuah daerah.. in syaa Allah juga akan membuka lebar-lebar pintu untuk menghidupkan maqomi kita..Yakinlah jika kita berusaha sungguh-sungguh dengan cara yang benar untuk menolong agama Allah, pasti Allah akan hadir menolong kita.Karena kesungguhan seorang hamba yang berusaha menolong agamaNya, akan menjadikan pertimbangan Allah apakah Allah akan menolong kita atukah tidak :
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid : 25)
Dan sungguh, manakala kita telah dinilai oleh Allah sebagai orang yang menolong agamaNya, maka adalah sebuah kepastian bahwa Allah yang akan langsung menolong kita :
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Jika saja Allah telah mendatangkan pertolonganNya, maka siapakah yang mampu menghadangnya..?! betul..?!
Sumber : Facebook
Foto : Muhammad Endi